PENGARUH KELUARGA DAN RUMAH TANGGA DALAM PERILAKU KONSUMEN
Disusun
oleh :
TRI
YUNI R / 17212466
Kelas
: 3EA02
JURUSAN
MANAJEMEN S1
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
PTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Softskill Perilaku Konsumen. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini terutama kedua orang tua dan
semua keluarga, serta teman sejawat atas doa dan motivasi yang diberikan.
Saya berharap dengan ditulisnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pembaca dapat mengetahui apa saja PENGARUH KELUARGA DAN RUMAH TANGGA DALAM PERILAKU KONSUMEN.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari yang diharapkan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen antara lain faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi
dan faktor psikologis. Dalam pembahasan kali ini akan membahas pengaruh
keluarga dan kelompok dalam perilaku konsumen yang merupakan bagian dari faktor
sosial.
Kelompok refrensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang. Beberapa di antaranya adalah kelompok-kelompok primer,
yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan seperti keluarga,
teman, tetangga dan teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang
cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang
berkesinambungan. Kelompok yang seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok
aspirasi. Sebuah kelompok yang memisahkan diri adalah sebuah kelompok
yang nilai atau perilakunya tidak disukai oleh individu.
Orang
umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok refrensi mereka pada 3 cara, pertama,
kelompok refrensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru.
Kedua, mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang karena
orang tersebut pada umumnya ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka
menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan
produk dan merek seseorang
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan
pembeli yang pertama adalah, keluarga orientasi yang merupakan orang tua
seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan tentang agama, politik,
ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta, keluarga
prokreasi¸ yaitu pasangan hidup anak-anak seorang keluarga merupakan
organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan
telah diteliti secara intensif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Memahami
kelompok referensi
2. Selebritis
dan kelompok referensi lainnya
3. Sosialisasi
dan fungsi anggota keluarga
4. Pengambilan
keputusan keluarga dalam pembelian
5. Bagaimana
bentuk Siklus hidup keluarga
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami kelompok
referensi
2. Mengetahui dan memahami Selebritis
dan kelompok referensi lainnya
3. Mengetahui dan memahami Sosialisasi
dan fungsi anggota keluarga.
4. Mengetahui dan memahami pengamilan
keputusan keluarga dalam pembelian
5. Mengetahui Bagaimana
bentuk Siklus hidup keluarga
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 MEMAHAMI KEKUATAN KELOMPOK REFERENSI
1. Pengertian Kelompok
Seorang konsumen mungkin akan terlibat atau menjadi bagian dari satu atau lebih
kelompok. Seorang konsumen yang bekerja sebagai manajer di salah satu
perusahaan adalah anggota dari kelompok pegawai dari perusahaan tempat ia
bekerja. Konsumen tersebut menjadi anggota masyarakat di komplek perumahan ia
tinggal. Jika konsumen menjadi anggota sebuah klub kebugaran, maka ia menjadi
bagian dari kelompok klub kebugaran tersebut. Jika ia aktif di partai politik,
maka ia adalah bagian dari kelompok partai tersebut.
Sebuah kelompok (group) merupakan kumpulan dari dua atau lebih
orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan
tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam
perspektif pemasaran, masing-masing kelompok di mana konsumen menjadi
anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari
konsumen tersebut.
Kelompok mempengaruhi proses pembelian dalam dua cara. Pertama, kelompok
mempengaruhi pembelian yang dibuat oleh seorang konsumen. Kedua,
anggota-anggota keompok seringkali membuat keputusan bersama-sama sebagai sebuh
kelompok. Sebagai anggota kelompok dari pegawai sebuah perusahaan, konsumen
tersebut akan memakai pakaian kerja sesuai dengan ketentuan dari kantornya.
Sebagai anggota masyarakat, konsumen tersebut harus mengikuti semua aturan yang
digariskan oleh rukun warga dimana ia tinggal. Konsumen akan sukarela membayar
segala macam iuran demi tercapainya tujuan keamanan semua warga masyarakat.
Sebagai anggota klub kebugaran, seorang konsumen mungkin bersama-sama dengan
anggota lain memutuskan tempat liburan yang akan dikunjungi pada musim panas.
Singkatnya, konsumen akan dipengaruhi oleh kelompok di mana ia menjadi
anggotanya.
Kelompok acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok
orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan
digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi
dalam membentuk respons afektif dan kognitif dan perilaku. Kelompok acuan akan
memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam
perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai
referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi. Seorang ayah
adalah kelompok acuan bagi anak-anaknya, anak-anaknya tersebut akan meminta
izin ayahnya jika mereka ingin membeli sesuatu.
Kelompok acuan bagi seseorang bisa
terdiri atas satu orang atau lebih dari satu sampai puluhan. Kelompok acuan
bisa merupakan sesuatu yang nyata (orang sesungguhnya) atau yang bersifat tidak
nyata dan bersifat simbolik (misalnya para eksekutif yang sukses atau para
selebriti yang sukses : tokoh politik, aktor, olahragawan). Kelompok acuan bagi
seseorang mungkin berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, dan budaya
yang sama atau berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda atau sama.
2. Jenis-Jenis Kelompok Acuan
A.
Kelompok
Formal dan Informal
Kelompok acuan sering dibedakan ke
dalam formal dan informal. Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki
struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaan yang terdaftar secara
resmi, misalnya Serikat Pekerja Indonesia, partai politik, universitas,
perusahaan. Kelompok formal biasanya terdaftar secara hukum di pemerintah.
Kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki strukur organisasi secara
tertulis dan resmi, sifat keanggotaan tidak tercatat. Kelompok formal biasanya
terbentuk karena hubungan sosial, misalnya kelompok bermain badminton, kelompok
senam kebugaran, kelompok arisan, kelompok rukun tetangga. Anggota kelompok
informal biasanya berjumlah sedikit dan berinteraksi secara dekat dan tatap
muka secara intensif dan rutin.
Kelompok
primer adalah kelompokk dengan keanggotaan yang terbatas, interaksi
antaranggota secara langsung tatap muka, memiliki ikatan emosional antaranggota.
Anggota kelompok memiliki kesamaan dalam nilai dan sikap serta perilaku. Contoh
dari kelompok primer adalah keluarga, dan kelompok yang memiliki ikatan
kekerabatan. Kelompok sekunder memiliki ikatan yang lebih longgar dari kelompok
primer, antaranggota kelompok mungkin juga terjadi kontak tatap muka langsung,
antaranggota kelompok memiliki pengaruh kecil terhadap anggota lainnya. Contoh
kelompok sekunder bisa berbentuk kelompok formal seperti asosiasi profesi,
himpunan alumni atau berbentuk kelompok informal seperti kelompok arisan,
kelompok rukun warga, atau teman bermain tenis.
B.
Kelompok
Aspirasi dan Disosiasi
Kelompok aspirasi adalah kelompok
yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai maupun perilaku dari
orang lain yang dijadikan kelompok acuannya. Anggota dari kelompok aspirasi
berusaha membuat asosiasi dengan orang lain yang dijadikan acuannya dengan cara
bersikap dan berperilaku yang sama dengan orang tersebut. Anggota kelompok
aspirasi tidak harus menjadi anggota dari kelompok acuannya, atauantaranggota
kelompok aspirasi tidak harus terikat dan saling berkomunikasi. Anak-anak muda
senang meniru cara berpakaian para selebriti dari Amerika. Mereka bahkan
berusaha meniru perilakunya. Anak-anak muda ni disebut sebagai kelompok
aspirasi, sedangkan selebriti Amerika sebagai kelompok acuannya.
Kelompok disosiasi adalah
seseorang atau kelompok yang berusaha untuk menghindari asosiasi dengan
kelompok acuan. Contohnya para anggota Partai Keadilan selalu menunjukkan
ketertiban dalam berdemonstrasi, yang sangat berbeda dengan perilaku demo dari
kelompok lainnya. Partai keadilan berusaha membuat citra yang berbeda dari
kelompok lain. Partai Keadilan bisa dianggap sebagai kelompok disosiasi.
3.
Tiga
Macam Pengaruh Kelompok Acuan
A.
Pengaruh
Normatif
Pengaruh normatif adalah pengaruh
dari kelompok acuan terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus
dipatuhi dan diikuti. Pengaruh normatif akan semakin kuat terhadap seseorang
untuk mengikuti kelompok acuan, jika ada tekanan kuat untuk mematuhi norm-norma
yang ada, penerimaan sosial sebagai motivasi kuat serta produk dan jasa yang
dibeli akan terlihat sebagai simbol dari norma sosial.
Seorang konsumen cenderung akan
mengikuti apa yang dikatakan atau disarankan oleh kelompok acuan jika ada
tekanan kuat untuk mengikuti norma-norma yang ada. Pengaruh semakin kuat jika
ada sanksi sosial bagi konsumen yang tidak mengikuti sara dari kelompok acuan.
Seorang bawahan ada kewajiban atau norma untuk meminta izin kepada atasannya,
jika ia ingin melakukan sesuatu yang berkaitan degan pekerjaannya. Seorang anak
akan minta persetujuan orang tuanya jika ia ingin memeli suatu produk yang
berharga mahal. Jika si anak tidak melakukannya, orang tua mungkin akan
memberikan sanksi sosial atau teguran bahkan hukuman kepada si anak.
Seorang konsumen mungkin memiliki
motivasi kuat untuk mengikuti perilaku kelompok acuannya, karena adanya
keinginan untuk diterima oleh kelompok acuan tersebut. Seorang anak berusaha
belajar bagaimana bermain gitar, karena adanya keinginan untuk bisa bergabung
dengan teman-temannya yang pandai bermain gitar. Si anak berusaha bisa
melakukan apa yang dilakukan kelompok acuannya agar bisa diterima oleh kelompok
acuannya.
Motivasi untuk mematuhi norma
seringkali tidak cukup kuat untuk mempengaruhi perilaku seseorang kecuali jika
produk dan jasa yang akan dibeli menggambarkan publicly conspicuous
(produk yang terlihat pemakaiannya oleh orang lain, misalnya mobil, rumah,
pakaian) dalam pembelian dan penggunaannya. Jika produk dan jasa yang dibeli
akan terlihat oleh publik atau orang lain dalam pemakaiannya, maka konsumen
akan berusaha mematuhi norma-norma yang diarahkan oleh kelompok acuan tersebut.
Karena produk dan jasa yang dibeli akan menggambarkan citra diri konsumen
tersebut.
B.
Pengaruh
Ekspresi Nilai
Kelompok
acuan akan mempengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai pembawa eksprsesi
nilai. Seorang konsumen akan membeli kendaraan mewah dengan tujuan agar orang
lain bisa memandangnya sebagai orang yang sukses atau kendaraan tersebut dapat
meningkatkan citra dirinya. Konsumen tersebut merasa bahwa orang-orang yang
memiliki kendaraan mewah akan dihargai dan dikagumi oleh orang lain. Konsumen
memiliki pandangan bahwa orang lain menilai kesuksesan seseorang dicirikan oleh
pemilikan kendaraan mewah, karena itu ia berusaha memiliki kendaraan tersebut
agar bisa dipandang sebagai seseorang yang telah sukses.
C.
Pengaruh
Informasi
Kelompok
acuan akan mempengaruhi pilihan produk atau merek dari seorang konsumen karena
kelompok acuan tersebut sangat dipercaya sarannya karena ia memiliki
pengetahuan dan informasi yang lebih baik. Seorang dokter adalah kelompok acuan
bagi para pasiennya. Pasien menganggap bahwa dokter memiliki pengetahuan dan
inforamasi yang dipercaya, selain itu secara sosial dan peraturan dokter adalh
profesi yang memiliki otoritas dalam membuat resep obat.
2.3 SELEBRITIS DAN KELOMPOK REFERENSI
LAINNYA
1. Beberapa Kelompok Acuan yang
Digunakan dalam Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran melalui iklan
di berbagai media sering menggunakan orang-orang yang dianggap sebagai kelompok
acuan. Para kelompok acuan tersebut adalah selebriti, pakar atau ahli,
orang-orang biasa, para eksekutif perusahaan atau pegawai biasa dan karakter
dagang (trade and spokes-character). Di antara kelompok acuan tersebut,
para selebriti adalah yang paling sering dipakai perusahaan untuk mengiklankan
berbagai produk dan jasa. Para selebriti bisa memiliki pengaruh yang kuat
kepada konsumen dalam pembelian produk dan jasa serta pemilihan merek. Pengaruh
tersebut bisa berbentuk adanya keinginan konsumen untuk mengasosiasikan dirinya
dengan para selebriti. Asosiasi atau identifikasi bisa berdasarkan rasa kagum,
keinginan untuk mengikuti jejak atau gaya hidup selebriti dan pengahargaan.
Ketika konsumen menggunakan merek seperti yang diiklankan oleh selebriti,
konsumen akan berkata “Jika ia memakai merek tersebut, berarti merek tersebut
baik. Jika saya memekainya, maka saya akan seperti dia”. Selebriti
Kelompok
selebriti adalah para artis film, sinetron, penyanyi, musisi, pelawak dan semua
orang-orang terkenal yang bergerak di bidang hiburan. Para selebriti bisa juga
para pemain olahraga yang terkenal, tokoh politik, para pejabat pemerintah,
para pakar pengamat ekonomi, sosial dan politik. Yang paling banyak digunakan
sebagai bintang iklan adalah para artis film, sinetron dan pembawa acara
berbagai acara televisi.
Dalam mempromosikan suatu produk, selebriti bisa berfungsi untuk :
1. Memberikan
kesaksian (a testimonial)
2. Memberikan
dorongan dan penguatan (Endorsment)
3. Bertindak
sebagai aktor dalam iklan
4. Bertindak
sebagai jasa bicara perusahaan
Selebriti akan memberikan manfaat
kepada perusahaan karena selebriti memiliki popularitas, bakat, karisma dan
kredibilitas. Dari keempat unsur tersebut, maka kredibilitas adalah yang paling
penting bagi konsumen. Kredibilitas selebriti menggambarkan persepsi konsumen
terhadap keahlian dan pengetahuan selebriti mengenai produk yang diiklankan dan
kepercayaan selebriti (kejujuran selebriti mengenai produk yang diiklankan).
Konsumen adalah orang yang cerdas, mereka memahami bahwa selebriti hanya
berfungsi sebafai aktor iklan yang dibayar mahal, sehingga kredibilitasnya
diragukan. Kredibilitas selebriti semakin diragukan ketika seorang selebriti
beriklan untuk banyak merek produk.
2. Beberapa Kelompok Acuan yang Terkait
dengan Konsumen
A. Kelompok Persahabatan (Friendship
Groups)
Konsumen
membutuhkan teman dan sahabat sesamanya. Memiliki teman atau sahabat merupakan
naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman dan sahabat bagi seorang
konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen diantaranya kebutuhan akan
kebersamaan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mendiskusikan berbagai
masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakannya dengan orang tua
atau saudara kandung. Konsumen yang memiliki teman adalah tanda bahwa ia telah
membina hubungan sosial dengan dunia luar. Pendapat dan kesukaan teman
seringkali mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan
memilih produk dan merek. Kelompok persahabatan adalah kelompok informasi dan
mungkin bisa berbentuk kelompok primer atau sekunder.
Para
pemasar telah memahami bagaimana pentingnya pengaruh kelompok persahabatan (peer
group atau friendship group) terhadap konsumen. Para penjual jasa asuransi
sering menggunakan konsep persahabatan dalam menjual jasa tersebut. Para
penjual menjelaskan berbagai manfaat dari jasa asuransi yang ditawarkan kepada
konsumen, kemudian tidak lupa ia mengatakan bahwa Bapak A, Bapak B, Bapak C
telah ikut kepada program kami. Penjual mengetahui benar bahwa nama-nama yang
disebutkan adalah orang-orang yang telah dikenal atau teman dan konsumen
tersebut. Para penjual mengharapkan bahwa teman-teman yang telah ikut program
asuransi akan memperkuat argumentasi pentingnya asuransi dan mempengaruhi
keputusan konsumen.
B. Kelompok Belanja (Shopping Groups)
Kelompok belanja adalah dua atau lebih orang konsumen yang berbelanja
bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja bisa merupakan kelompok
persahabatan atau keluarga, namun bisa juga orang lain yang bertemu di toko
untuk membeli produk bersama. Ketika konsumen datang ke toko mungkin sendiri,
tetapi berjumpa orang lain di toko yang sama. Konsumen secara tidak sengaja
akan bertanya kepada konsumen ng baru dikenalnya mengenai produk atau
jasa yang akan dibelinya. Jika beruntung, konsumen tersebut mungkin banyak
memberikan informasi yang diketahuinya mengenai produk dan merek. Informasi
tersebut sering memberkan input penting bagi seseorang dalam mengambil
keputusan. Informasi tersebut akan mengurangi rasa khawatir akan risiko salah
dalam membeli produk.
Seorang konsumen sering membawa teman atau saudara ketika berbelanja.
Tujuan membawa teman bisa bermacam-macam. Pertama adalah tujuan sosial, yaitu
untuk menikmati kebersmaan dengan saudara atau teman. Kedua adalah untuk
mengurangi risiko salah dalam membeli produk. Konsumen akan membawa teman atau
saudara yang telah mengetahui produk tersebut. Konsumen yang akan membeli
komputer, akan membawa teman atau saudara yang memahami seluk beluk komputer.
Teman dan saudara itulah yang akan memberikan saran dan pengaruh dalam
pembelian produk.
C.
Kelompok Kerja (Work Groups)
Konsumen
yang telah bekerja akan menghabiskan waktunya 35-40 jam di tempat kerja. Ia
akan berinteraksi dengan teman-teman sekerjanya baik dalam tim kecil maupun
teman kerja lainnya dari bagian lain. Interaksi yang sering dan intensif
memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja mempengaruhi perilaku konsumsi
dan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk dan jasa dan pemilihan
merek. Kelompok kerja bisa berbentuk kelompok kerja formal, jika kelompok kerja
tersebut bekerja sebagai satu tim yang dibentuk oleh perusahaan. Kelompok kerja
bisa juga berbentuk informal, jika kelompok kerja tersebut terdiri atas
orang-orang yang bekerja di perusahaan yang sama. Kelompok kerja informal akan
saling bertemu saat makan siang, kegiatan sosial atau pulang bersama. Kedua
kelompok kerja tersebut akan mempengaruhi konsumen dalam memilih merek dan
produk yang akan dibelinya.
D.
Kelompok
atau Masyarakat Maya (Virtual Groups or Communities)
Berbagai
kelompok yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan kelompok yang dibatasi
oleh geografik dan waktu, yaitu kelompok yang bertemu dan berkomunikasi lisan
pada tuang dan waktu yang telah ditentukan. Perkembangan teknologi komputer dan
internet telah melahirkan suatu kelompok atau masyarakat baru yang disebut
kelompok atau masyarakat maya, yang tidak dibatasi oleh batas kota, provinsi
atau negara bahkan tidak dibatasi oleh waktu.
Melalui internet dan e-mail seorang konsumen yang masih belajar di sekolah
dasar sekarang bisa mencari teman dari kota lain bahkan dari negara lain, ia
bisa berhubungan dengan teman sebayanya dari berbagai belahan dunia tersebut,
kapan saja ia mau. Seorang konsumen bisa membuk internet dan bergabung dengan
masyarakat internet, ia memiliki akses yang luas untuk mencari masyarakat
internet yang sesuai dengan kebutuhannya kemudian bergabung dengan masyarakat
tersebut.
E.
Kelompok Pegiat Komsumen (Consumer
Action Groups)
Konsumen
yang kecewa dalam pembelian produk dan jasa, akan melakukan beberapa tindakan,
yaitu :
a.
Diam dan kesal dan menyampaikan kekecewaannya kepada
teman
b.
Berkirim surat ke tempat pembelian atau mendatangi
toko untuk mengeluh dan minta ganti rugi
c.
Berkirim surat dan mengeluh kepada surat kabar atau
majalah, atau mengadu ke lembaga perlindungan konsumen
Apapun yang dilakukan konsumen ketika kecewa terhadap produk adalah gambaran
tindakan protes dari konsumen. Konsumen memerlukan kelompok yang bisa
membantunya ketika dirugikan oleh produsen. Perlindungan konsumen semakin
dipentingkan dan diperhatikan ketika telah diundangkan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999.
Untuk melindungi kepentingan konsumen, pemerintah mengakui adanya lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang diharapkan aktif dalam mewujudkan
perlindungan konsumen. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) adalah lembaga
swadaya tertua di Indonesia yang telah aktif melindungi kepentingan konsumen.
Lembaga ini telah berperan penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen,
bahkan aktif memberikan masukan kepada lembaga pemerintah maupun swasta.
Perusahaan swasta dan pemerintah sering melibatkan YLKI dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan kenaikan harga maupun tarif barang dan jasa. Ini merupakan
langkah yang baik dari pemerintah dan swasta dalam melindungi kepentingan
konsumen, karena YLKI didengar pendapatnya terlebih dahulu. YLKI bisa dianggap
sebagai lembaga yang secara tidak langsung memiliki kepentingan konsumen.
2.4 SOSIALISASI DAN FUNGSI ANGGOTA
KELUARGA
1.
Sosialisasi Anak Sebagai Konsumen
Keluarga merupakan lingkungan yang
paling dekat bagi semua anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi utama untuk
mengembangkan kualitas sumber daya manusia bagi semua anggotanya terutama
anak-anak, termasuk di dalamnya adalah fungsi untuk menjadikan anak sebagai
seorang konsumen. Fungsi- fungsi keluarga yang berjalan baik merupaka prasyarat
penting untuk tercapainya kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Undang-undang
No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembnagunan Keluarga
Sejahtera.
Telah memberikan landasan bahwa keluarga
harus mampu menjalakan delapan fungsi, yaitu sebagai berikut :
1.
Fungsi
keagamaan, yaitu untuk mendorong dan mengembangkan anggotanya agar kehidupan
keluarga menjadi wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk
menjadi insan-insan agamis yang penuh imam dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2.
Fungsi
sosial budaya, memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu
kesatuan.
3.
Fungsi
cinta kasih, memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,
suami dengan istri, orang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan
antargenerasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang
penuh cinta kasih lahir dan batin.
4.
Fungsi
melindungi, yaitu keluarga berkewajiban untuk melindungi seluruh anggotanya
sehingga memperoleh rasa aman secara fisik dan psikis.
5.
Fungsi
sosialisasi dan pendidikan, memberikan pesan kepada keluarga untuk mendidik
keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan kehidupan dimasa depan.
Keluarga wajib memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya sehingga
mereka memeliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang bermanfaat baginya
sebagai kerja masa depan.
6.
Fungsi
reproduksi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia.
7.
Fungsi
ekonomi, yaitu fungsi keluarga untuk menyediakan kebutuhan fisik yang cukup dan
memadai bagi semua anggota keluarga. Keluarga berkewajiban menyediakan makan,
minuman, pakaian, rumah, pemeliharaan kesehatan, pendidikan yang baik bagi
semua anggotanya. Kebutuhan tersebut bisa diperoleh jika keluarga memperoleh
pendapatan dari hasil bekerja. Karena itu orang tua wajib untuk mencari nafkah
untuk menghadapi semua anggotanya.
8.
Fungsi
pembinaan lingkungan memberikan pada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri
secara serasi, selaras dan seimbang sesuai daya dukung alam dan lingkungan yang
berubah secara dinamis.
Sejak lahir ke dunia, seorang anak telah menjadi konsumen,
walaupun ia tidak mengambil keputusan tentang apa yang dibeli. Semakin tua usia
anak, maka ia harus dipersipkan oleh keluarganya untuk menjadi seorang konsumen
yang bisa mengambil keputusan.Beberapa fungsi keluarga yang erat kaitannya
dengan sosialisasi anak sebagai konsumen adalah fungsi ekonomi, fungsi cinta
kasih dan fungsi sosialisasi dan pendidikan.Fungsi cinta kasih akan memberikan
dukungan emosi kepada anak-anak melalui kasih sayang, kehangatan orang tua
kepada anak.Orang tua memberikan jalan keluar bagi anak-anaknya yang
menghjadapi masalah orang tua membantu anak-anaknya dalam mengambil keputusan
Schiffman Kanuk (2000)menyebutkan satu fungsi lainnya yang
sangat penting dalam kaitannya fungsi keluarga dan perilaku konsumen, yaitu
fungsi gaya hidup yang sesuai bagi anggota keluarganya.Fungsi gaya hidup
menggambarkan kegiatan-kegiatan keluarga yang sebaiknya dilakukan untuk
pembinaan anak sebagai konsumen yang baik.Keluarga bisa melakukan makan bersama
diluar rumah, rekreasi secara rutin ,berolah raga bersama.Orang tua juga bisa
mengajak anak-anaknya nonton bersama baik dirumah maupun teater.Kebersamaan
yang diciptakan akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anak.Pada
kesempatan tersebut , orang tua bisa memperkenalkan kepada anaknya bagaimana
memilih barang, menawar harga, dan sebagainya
Sosialisasi adalah proses bagaimana seseorang memperoleh
pengetahuan, keahlian, dan hubungan social yang menyebabkan ia mampu
berpartisipasi sebagai anggota masyarakat. Arti sosialisasi dalam buku ini akan
difokuskan kepada sosialisasi anak sebagai konsumen (childhood consumer
socialitation atau consumer socialitation of children)
Sosialisasi anak sebagi konsumen diartikan sebagai proses di
mana seorang anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan , dan sikap yang
relevan dengan fungsinya sebagai konsumen di pasar.Proses soslialisasi tersebut
juga diartikan sebagai proses bagaimana seorang anak memperoleh pengetahuan
tentang barang dan jasa serta pengetahuan konsumsi , dan pencarian informasi
dan keterampilan untuk menawar barang dan jasa.
Pergi berbelanja bersama anak-anak merupakan salah satu
contoh sosialisasi anak sebagai konsumen.Si anak akan memperhatikan bagaimana
orang tuanya memilih barang. Mengambilnya, meletakkannya di tempat dorongan,
dan membawanya ke kasir dan kemudian membayarnya.Orang tua pun secara langsung
mengajarkan kepada anak-anaknya untuk membayar terlebih dahulu sebelum membuka
kemasan barang atau mencicipi makanan yang dibelinya.
Dengan membawa anak-anak ke supermarket atau pusat
perbelanjaan, secara langsung orang tua membawa mereka ke dunia nyata bagaimana
proses transaksi produk dan jasa dilakukan oleh konsumen.Anak-anak diajarkan
bagaimana produk dan jasa dilakukan oleh konsumen.Anak-anak diajarkan bagaimana
produk dan jasa ditawarkan dan dikomunikasikan kepada konsumen.Anak-anak pun
akan melihat beragam barang , yang semuanya akan menarik mereka.Namun,
anak-anak diajarkan untuk memilih dan membeli sesuai kebutuhannya.Inilah yang
disebut sebagai proses sosialisasi anaka sebagai konsumen
Memahami bagaimana proses sosialisasi anak sebagai konsumen
adalah sangat penting bagi para pemasar.Jika para pemasar mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses sosialisasi tersebut, maka
pemasar bisa merancang strategi pemasar yang bisa mempengaruhi faktor-faktor
tersebut. Misalnya, anak-anak akan senang menonton film-film kartun, maka
pemasar akan memperkenalkan produk kepada anak-anak pada saat penayangan film
kartun yang disenangi anak-anak tersebut.Pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan
untuk melindungi anak sebagai konsumen jika diketahui kegiatan pemasaran suatu
produk dianggap akan mengeksploitasi anak sebagi konsumen.
Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan suatu model
sosialisasi anak sebagai konsumen seperti diperlihatkan pada gambar
dibawah.Seoraang anak akan memperoleh sosialisasi dari anggota keluarga lain
seperti ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara lainnya. Anak pun akan menerima
sosialisasi dari teman-temannya.Panah dua arah dari anak ke anggota keluarga,
dan dari angggota keluarga ke anak menunjukan bahwa sosialisasi berjalan dua
arah. Seorang anak akan menerima sosialisasi dari anggota keluarga lain, dan
anak pun akan mempengaruhi orang memberikan sosialsi tersebut.Demikian pula, si
anak akan mempengaruhi teman-temannya, dan mereka pun akan mempengaruhi si anak
dalam pembelian produk dan jasa, dan pemiliham merek maupun selera terhadap
suatu produk dan jasa
Model sosialisasi lainnya di kemukakan oleh Mowen dan Minor
(1998) seperti yang diperlihatkan oleh gambar dibawah ini.Menurut model
tersebut sosialisasi kemsumen terdiri atas tiga unsur utama, yaitu factor latar
belakang, yang melakukan sosialisasi, dan proses belajar.Faktor latar belakang
adalah karakteristik konsumen seperti status social ekonomi, jenis kelamin,
usia,kelas social, dan agama yang dianutnya.Yang melakukan sosialisasi adalah
seseorang yang secara langsung berhubungan dengan konsumen dan memiliki pengaruh
terhadap konsumen tersebut.Yang melakukan sosialisasi bisa orang tua konsumen,
saudara kandung ,kerabat, teman-teman,guru,media masa,atau orang-orang media
seperti selebriti,penyanyi, artis,atlit atau tokoh-tokoh ternama lainnya.Yang
melakukan sosialisasi tersebut selanjutnya akan mempengaruhi proses belajar
konsumen melalui proses belajar modeling , proses belajar penguatan, dan proses
belajar kognitif.Hasil akhir dari proses sosialisasi konsumen yang telah
tersosialisasi.
Peter dan Olson (1999) mengemukakan beberapa pertanyaan yang
harus dipahami agar bisa menyusun strategi pemasaran produk yang dibeli oleh
keluarga. Yaitu sebagai berikut :
1.
Apakah produk dibeli untuk digunakan
seorang anggota keluarga atau digunakan bersama oleh semua anggota keluarga ?
2.
Apakah produk dibeli oleh dana
seorang anggota keluarga atau oleh dana keluarga ?
3.
Apakah harga produk sangat mahal
sehingga keluarga harus mengorbankan untuk tidak membeli produk lain ?
4.
Apakah anggota keluarga cenderung
tidak setuju dengan nilai produk tersebut,jika ya, apa yang perlu
dilakukan untuk mengurangi konflik ?
5.
Apakah produk cenderung digunakan
oleh lebih dari satu anggota keluarga?jika ya, apakah perlu memodifikasi produk
agar sesuai untuk orang-orang yang berbeda ?
6.
Siapa anggota keluarga yang
mempengaruhi pembelian, media apa dan pesan apa yang dipakai untuk membujuk
mereka ?
7.
Apakah ada toko-toko tertentu yang
lebih disukai oleh berbagai anggota keluarga atau berbagai keluarga pada pasar
yang akan dituju ?
Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan tersebut akan
berpengaruh terhadap penyusunan strategi pemasaran suatu produk atau jasa.
Anak-anak usia remaja akan memiliki pengaruh besar kepada orang tuanya mengenai
model dan jenis pakaian dan sepatu yang akan dipakainya, walaupun yang
mengambil keputusan adalah orang tua mereka. Para pemasar sebaiknya mengarahkan
promosi dan komunikasi pemasaraanya kepada anak-anak remaja tersebut, karena
peranan mereka yang besar pengaruhnya terhadap orang tua mereka.
2.5 PERANAN
SUAMI DAN ISTRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA
Para peneliti konsumen sangat tertarik untuk mempelajari
bagaimana keluarga mengambil keputusan,terutama peran yang dimainkan oleh suami
dan istri dalam pengambilan keputusan.suami dan istri merupakan dua figur
anggota keluarga yang sangat penting dan dominan diantara anggota keluarga lain
(anak-anaknya) sebuah keluarga yang telah hidup bersama bertahun-tahun tentu
telah membeli beratus-ratus produk dan jasa. Mereka telah mengambil keputusan berulang
kali dalam membeli suatu produk dan jasa. Mereka telah memiliki pola
pengambialan keputusan. Beberapa studi mengidentifikasi model pengambilan
keputusan produk sebuah keluarga, yaitu sebagai berikut :
1.
Istri dominan dalam mengambil
keputusan. Istri
memiliki wewenang untuk memutuskan produk dan merek apa yang dibeli umtuk
dirinya dan untuk anggota keluarganya.
2.
Suami dominan dalam mengambil
keputusan. Suami
memiliki kewenangan untuk memutuskan produk dan merek apa yang dibeli untuk
dirinya atau anggota keluarganya.
3.
Keputusan autonomi. Keputusan yang bisa dilakukan oleh
istri atau suami, yang bisa dilakukan tanpa tergantung dari salah satunya. Si
istri bisa memutuskan pembelian produk tanpa harus bertanya kepada suami begitu
pula sebaliknya.misalnya, lampu neon mati dan harus diganti. Istri bisa
langsung membeli produk penggantinya tanpa harus meminta persetujuan suami.
4.
Keputusan berasama. Keputusan untuk membeli produk atau
jasa dilakukan bersama antara suami dan istri. Keputusan untuk membeli produk
atau jasa yang berharga mahal biasanya dilakukan bersama. Memilih sekolah anak
biasanya dilakukan bersama antara suami dan istri.
2.6 PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM
PEMBELIAN
1.
Peranan
anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pembelian
Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam kepeutusan pembelian dan konsumsi
suatu produk.masing-masing anggota keluarga memiliki peran dalam pengambilan
keputusan.seorang anggota keluarga mungkin memiliki lebih dari satu
peran.berikut diuraikan beberapa peran anggota keluarga dalam pengambilan
keputusan, yaitu sebagai berikut :
1. Inisiator (initiator), seorang
anggota keluarga yang memiliki idea tau gagasan untuk membe mereka tidak li
atau mengkonsumsi suatu produk, ia akan memberikan informasi kepada anggota
keluarga lain untuk dipertimbangkan dan untuk memudahkan mengambil keputusan.
2. Pemberi pengaruh (influencer),
seorang anggota keluarga yang selalu diminta pendapatnya mengenai suatu produk
atau merek yang akan dibeli dan dikonsumsi,ia diminta pendapatnya mengenai
criteria dan atribut produk yang sebaiknya dibeli.
3. Penyaring informasi (gatekeeper),
seorang anggota keluarga yang menyaring semua informasi yang masuk ke dalam
keluarga tersebut,seorang ibu mungkin tidak akan menceritakan mainan mainan
baru yang ada ditoko kepada anak- anaknya,agar mereka tidak akan menjadi
konsumtif,seorang ayah mungkin tidak akan menceritakan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya kepada semua anggota keluarganya,agar mereka tidak menjadi tertekan.
4. Pengambil keputusan (decider),
seorang anggota keluarga yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah
membeli suatu produk atau suatu merek.ibu biasanya memiliki wewenang untuk
memutuskan mengenai makanan apa yang baik bagi keluarga,dan menu apa yang
disajikan sehari – hari.seorang ibu mungkin akan meminta ijin kepada bapak
untuk member barang-barang yang berharga mahal,atau keduanya mengambil
keputusan bersama.
5. Pembeli (buyer),seorang anggota
keluarga yang membeli suatu produk,atau yang diberi tugas untuk melakukan
pembelian produk.ibu mungkin akan menyuruh anaknya untuk membeli beras yang
sudah habis,atau menyuruh pembantu rumah tangganya untuk berbelanja setiap
hari.
6. Pengguna (user), seorang anggota
keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa.sebuah
produk mungkin akan dikonsumi oleh semua anggota keluarga,misalnya nasi.akan
tetapi,beberapa produk mungkin hanya dikonsumsi oleh anggota keluarganya yang
berusia muda saja ,misalnya susu bayi atau diaper.
Para pemasar perlu memahami bagaimana peran anggota keluarga
dalam pengambilan keputusan suatu produk,produk=produk mainan dipakai oleh
anak-anak,dan mereka mempengaruhi orang tuanya.namun,pembeli dan pengambil
keputusan pembelian produk mainan tersebut adalah ayah,ibu,atau
keduanya.memahami siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan suatu produk
sangat bermanfaat dalam menyusun strategi pemasaran untuk menentukan target
pasar dari produk tersebut.para produsen minyak goreng selalu menampilkan ibu
dalam iklan-iklan produknya.karena ibu dianggap sebagai anggota keluarga yang
mengambil keputusan mengenai jenis dan merek minyak goreng yang akan
dipakainya.dapat kita lihat iklan kartu kredit BNI yang membawa pesan
keluarga,bahwa kartu kreditnya merupakan pilihan keluarga,yang secara implisit
menyatakan bahwa kartu kredit BNI diposisikan sebagai kartu kredit
keluarga.
2.6 SIKLUS HIDUP KELUARGA
Siklus hidup keluarga menggambarkan tahap-tahap yang
dijalani oleh sebuah keluarga dengan semakin meningkatkan usia anggota
keluarga. Siklus hidup keluarga dimulai dengan masa lajang (bujangan), menikah,
memiliki anak, membesarkan anak, anak-anak pindah, orang tua sendiri tanpa
anak, pasangan tua. Memahami siklus hidup keluarga juga membawa implikasi
penting bagi starategi pemasaran produk dan jasa. Setiap tahap keluarga akan
menggambarkan kebutuhan yang berbeda, sehingga keluarga pun akan membutuhkan
produk dan jasa yang berbeda. kelahiran anak akan menyebabkan keluarga memiliki
pola belanja dan konsumsi yang berbeda dibandingkan ketika belum memiliki anak.
Pasangan yang memiliki anak balita akan membeli susu bayi, diaper, semua produk
perawatan bayi. Keluarga pun mungkin akan membutuhkan jasa pengasuh untuk
anaknya.
Tahap siklus keluarga nomor satu sampai nomor tujuh adalah
bentuk keluarga tradisional yang umun dijumpai disemua negara, sedangkan tahap
keluarga nomor delapan sampai sebelas menggambarkan bentuk keluarga yang bukan
jumlahnya mungkin jauh lebih kecil dari keluarga tradisional. Seorang bujangan
umumnya akan menikah, dan pasangan yang menikah umumnya ingin segera memiliki
anak, membesarkannya, menyekolahkannya, kemudian anak-anaknya akan hidup mandiri
dan meninggalkan orang tuanya. Inilah gambaran keluarga tradisional. Akan
tetai, di dalam masyarakat akan dujumpai bentuk-bentuk keluarga lainnya,
misalnya keluarga tanpa anak . mereka tidak memiliki anak karena alasan
kesehatan atau alasan lainnya. Mereka tidak memiliki anak bukan karena atas
kehendaknya, karena meraka telah berusaha untuk mendapatkannya.
Dinegara-negara maju, dijumpai pasangan-pasangan menikah
yang tidak memiliki anak karena atas kehendaknya, mereka memutuskan untuk tidak
memiliki anak karena alasan karier. Inilah yang sebut sebagai voluntarily
childless couple. Karena berbagai sebab, banyak suami dan
istri yang bercerai. Perceraian menyebabkan salah seorang suami atau istri
harus tinggal bersama anak-anaknya. Inilah yang disebut sebagai keluarga orang
tua tunggal.
SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA DAN PERILAKU PEMBELIAN
Keluarga berubah bersama
waktu, melewati serangkaian tahap. Proses ini disebut siklus kehidupan
keluarga (SKK).
1. Tahap Single
Walaupun pendapatan relatif rendah, mereka menjadi sasaran
dari sedikit permintaan yang kaku, maka konsumen di dalam tahap ini umumnya
memiliki pendapatan bebas yang besar. Sebagian dari pendapatan ini digunakan
untuk membeli mobil dan peralatan dasar serta peralatan untuk tempat tinggal mereka
yang pertama jauh dari rumah --- biasanya sebuah apartemen. Mereka cenderung
lebih mengikuti mode dan berorientasi pada rekreasi, menghabiskan sebagian
besar pendapatan mereka untuk busana, minuman keras, makanan diluar rumah,
liburan, pengejaran waktu senggang dan produk serta jasa lain yang terlibat
dalam permainan perkawinan.
2. Pasangan yang baru menikah
Pasangan yang baru menikah dan tanpa anak biasanya lebih
kaya secara financial daripada sebelumnya dan pada masa dating yang tidak
terlalu lama lagi karena istri biasanya bekerja. Keluarga pada tahap ini juga
membelanjakan sebagian besar dari pendaptan mereka untuk mobil, busana,
liburan, dan kegiatan waktu senggang lain. Mereka juga mempunyai angka
pembelian yang tinggi dan pembelian rata-rata tertinggi untuk barang yang tahan
lama, khususnya perabot dan peralatan rumah tangga dan barang mahal lain, dan
tampaknya lebih rentan terhdapa iklan didalam tahap ini.
3. Sarang lengkap I (Full nest I)
Dengan adanya anak pertama, beberapa istri berhenti bekerja
diluar rumah, dan sebagai akibat pendapatan keluarga menurun. Pada saat yang
sama, anak kecil menimbulkan masalah baru yang mengubah cara keluarga
membelanjakan pendpatannya. Dua pasangan tersebut mungkin pindah rumha pertama
mereka, membeli perabot dan perlengkapan untuk anak mereka, membeli mesin cuci,
alat pengering dan barang pemeliharaan rumah, dan membeli produk seperti
makanan bayi, obat gosok, obat batuk, vitamin, mainan, mobil, kereta luncur,
dan sepatu luncur. Kebutuhan ini mengurang tabungan keluarga dan suami serta
istri kerap merasa tidak puas dengan posisi keuangan mereka.
4. Sarang lengkap II (Full Nest II)
Pada tahap ini, anak terkecil berusia 6 tahun atau lebih,
pendapatan suami membaik, dan istri kembali bekerja dirumah. Akibatnya, posisi
keuangan keluarga biasanya meningkat. Pola kosumsi terus sangat dipengaruhi
oleh anak-anak mereka karena keluarga cendrung membeli makanan dan supply untuk
kebersihan dalam kemasan berukuran lebih besar, sepeda, piano, dan pelajaran
music.
5. Sarang lengkap III (Full Nest III)
Sementara keluarga bertambah tua, posisi keuangannya
biasanya terus membaik karena penddaptan suami bertambah, istri kembali bekerja
atau mendapat gaji lebih tinggi dan anak-anak mendapatkan uang dari kerja
sambilan. Keluarga umumnya mengganti beberapa bagian perabot, membeli satu
mobil lagi, membeli beberapa peralatan mewah, dan membelanjakan banyak uang
untuk pelayanan perawatan gigi dan untuk pendidikan anak-anak.
6. Sarang Kosong I (Empty Nest I)
Pada tahap ini keluarga paling puas dengan posisi keuangan
mereka dan jumlah uang yang ditabung karena pendapatan terus bertambah dan
anak-anak suddah meninggalkan rumah dan tidak lagi bergantung kepada orang tua
mereka dalam hal keuangan. Pasangan tersebut kerap membuat perbaikan rumah,
membeli barang mewah dan membelanjakan proporsi yang lebih besar dari
pendapatan mereka untuk liburan, perjalana dan rekreasi.
7. Sarang Kosong II (Empty Nest II)
Pada waktu ini, kepala rumah tangga sudah pension sehingga pasangan
tersebut biasanya menderita penurunan nyata dalam pendapatan. Pengeluaran
menjadi lebih berorientasi pada kesehatan, berpusat pada barang-barang seperti
peralatan kedokteran, produk perawatan medis yang membantu kesehatan tidur dan
pencernaan dan barang kali rumah yang lebih kecil, apartemen atau kondominium
di daerah yang beriklim lebih ramah.
8. Orang yang Bertahan Sendiri
(Solitary Survivor)
Bila masih bekerja, orang yang bertahan ini masih menikmati
pendapatan yang besar. Mereka mungkin menjual rumah mereka, biasanya
membelanjakan uang lebih banyak untuk liburan, rekreasi dan jenis produk
seperti jasa berorientasi kesehatan seperti disebutkan di atas.
9. Orang yang Bertahan Sendiri dan
Sudah Pensiun (Retired Solitary Survivor)
Orang yang bertahan sendiri dan sudah pension mengikuti pola
konsumsi umum yang sama kecuali pada skala yang lebih rendah karena penurunan
pendapatan. Selain itu, individu ini mempunyai kebutuhan khusus akan perhatian,
kasih saying dan keamanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kelompok sosial maupun keluarga. Sosialisasi adalah proses bagaimana
seseorang memperoleh pengetahuan, keahlian, dan hubungan social yang
menyebabkan ia mampu berpartisipasi sebagai anggota masyarakat. Kelompok acuan
(reference group) merupakan seorang individu atau sekelompok orang yang
secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh
seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam
membentuk respons afektif dan kognitif dan perilaku. Kelompok acuan akan
memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam
perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai
referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.
Keluarga
didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi
yang biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan
kelompok lain adalah keluarga terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran,
memiliki hubungan yang permanent dan emosional, berorientasi pada hubungan
antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu seperti halnya organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarwan, Dr. Ir. Ujang, M.Sc. 2002.
Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Penerbit Ghalia
Indonesia.
John C. Mowel dan Michael Minor.
2002. Perilaku Konsumen. Edisi 5. Penerbit Erlangga.
Nugroho J. Setiadi, SE., MM. 2003.
Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran.
Penerbit Kencana.
1 komentar:
Hal semacam ini memang sangat perlu diperhatikan terhadap kepuasan konsumen
Posting Komentar