edited by Triyunirahma |
Permainan dimulai, terlihat sangat
seru dan mengasyikkan, gelak tawa terdengar saat Ayah berteriak SKAK! Dan itu
merupakan pertanda Ayah ku akan memenangkan permainan catur tersebut, rasa
bangga yang aku rasakan saat itu, apalagi teman ayah ku itu sering kalah oleh
Ayah. Aku piker memang Ayah ku sangat handal dan jago dalam permainan Caturnya.
Permainan terus berlanjut sampai mereka bosan dan tidak akan berhenti oleh apapun
kecuali adzan memanggil mereka. Begitulah Ayah ku kerap menghabiskan waktu luangnya
dengan bermain catur.
Cerita
tentang sahabat Ayah yang sangat setia menemani Ayah ku bermain catur, padahal yang
aku tahu teman Ayah tersebut selalu kalah dalam permainannya, sepertinya memang
dia sangat sabar sampai tidak pernah jera akan setiap kekalahannya melawan
Ayah. Luar biasa, dan Ayahku pun sangat senang bermain dengan temannya tersebut,
karena memang hanya dia satu-satunya teman Ayah yang mau bermain catur
bersamanya, sampai suatu ketika teman Ayah tersebut jatuh sakit, beliau
mengidap penyakit yang cukup serius, Batu Ginjal yang cukup parah, beliau baru
mengetahui penyakitnya setelah periksa ke dokter, padahal sebelumnya beliau masih
sehat-sehat saja, berhari-hari, berminggu-minggu, sampai berbulan-bulan beliau
tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, alhasil tidak ada lagi yang bisa
Ayah ajak untuk bermain catur lagi. Singkat cerita Teman Baik Ayah ku berpulang
untuk selama-lamanya, dia pergi untuk selama-lamanya, dan sejak saat itu Ayahku
tidak pernah lagi untuk bermain Catur, mungkin karena tidak ada Teman untuk
diajak bertanding, sempat aku diajak bermain Catur oleh Ayah, namun rupanya aku
bukan lawan yang cocok untuknya, Aku selalu dimenangkan setiap aku bermain catur,
padahal aku sendiri tidak mengerti cara bermainnya saat itu, aku mengerti cara
bermain Dam-Dam an, tapi aku praktekan dalam bermain catur, yang aku heran Aku
selalu jadi Juaranya. Mungkin Ayah hanya merasa kasihan, tidak tega mengalahkan
anaknya. Aku mulai bosan bermain catur aku tidak terlalu suka bermain permainan
itu, menurutku dulu papan catur yang Ayah punya sudah jelek, warnanya hanya
Hitam dan putih, pernah aku bilang kepada Ayah ” kenapa warnanya tidak diganti
dengan Merah dan Putih agar sama dengan Bendera kita Yah” namun Ayah hanya
tertawa. Setelah beberapa Lama Ayah berhenti dan tidak bermain Catur lagi, aku
tidak melihat lagi Papan Catur kesayangannya lagi, aku sempat bertanya tetapi
Ayah mengalihkan pertanyaan ku tersebut, dan setelah aku besar dan tumbuh
dewasa aku mengerti mengapa Ayah menghilangkan Papan Caturnya tersebut, ada
beberapa Alasan, mungkin karena sedih jika melihat Papan catur tersebut akan
teringat temannya, dan mungkin Papan Catur tersebut mubazir tidak digunakannya
lagi karena tidak pernah ada teman yang bisa diajak bertanding lagi.
Begitulah
cerita Papan Catur Tua kesayangan Ayahku itu, Aku sempat mencarinya dirumah
tapi tidak kutemukan, aku
mencarinya di gudang tetap tidak ku temukan. Sekarang aku
ajak Ayah untuk bermain catur di dalam permainan Laptop ku, sekarang aku sudah
mengerti permainan Catur, saat liburan nanti akan aku ajak Ayah untuk
bertanding Catur.
1 komentar:
Good story
Posting Komentar